Minggu, 27 Mei 2012

Sepucuk surat dari Tokyo


Sepucuk surat  dari Tokyo


         Mikial maulita merupakan seorang remaja perempuan yang tomboy, namun orang tuanya ingin anak perempuan mereka menempuh pendidikan dipesantren, dan akhirnya mikial maulita memang menempuh pendidikan di Dayah Abu Lam U, tetapi kehidupan pesantren yang begitu keras dan memiliki tingkat disiplin yang begitu tinggi menjadikan mikial merasa tidak sanggup bertahan di pondok pesantren.
Namun orang tua mikial slalu berpesan bahwa akan ada hal yang sangat berharga yang akan didapatkan oleh mikial suatu saat nanti, dan mikial akan mendapatkan pengalaman yang mungkin tidak didapatkan oleh anak-anak lain yang berada di luar sana. Pada tanggal 26 Desember Gempa dan Tsunami melanda Aceh dan orang tua mikial menjadi korban dalam bencana alam tersebut, tetapi mikial tak pernah berhenti untuk menunggu orang tuanya menjenguk dan mengajak mikial untuk pulang kerumah, hanya doa yang selalu dipanjatkan oleh mikial untuk keselamatan orang tuanya, namun takdir berkata lain orang tua mikial tak pernah datang kembali untuk menjenguk putri mereka. Kehidupan mikial pasca Tsunami menjadi berubah drastis tak ada lagi gadis tomboy dan periang itu namun yang ada hanya gadis pendiam dan tak ada lagi tawa riang di wajahnya.
        Ada hikmah yang sangat besar yang didapat dari kesabaran mikial, mikial mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Ashinaga Internatioanal Summer Camp di Jepang, disana mikial bertemu dengan anak-anak yatim dari berbagai Negara dan salah satunya adalah anak dari India yang kehilangan orang tuanya diusia yang masih sangat muda dibandingkan dengan mikial tapi dia masih tetap bertahan menghadapi hidup ini, seusai dari kunjungan mikial ke Negeri Sakura tersebut mikial banyak mendapatkan pengalaman berharga, bagaimana harus menghadapi hidup ini dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang terlalu lama.
         Hasil dari perjuangan keras mikial selama 6 tahun dipesantren adalah mikial dapat lulus dan diwisuda dengan predikat “jaid jiddan”  walaupun mikial tidak dapat melihat senyum kebahagian dari orang tuanya secara langsung tapi mikial yakin bahwa orang tuanya akan bahagia dan selalu tersenyum ditempat mereka berada sekarang. Hal yang paling membanggakan seusai mikial diwisuda adalah mikial  mendaptakan beasiswa S1 di Waseda University. Mikial ingin membuktikan kepada anak yatim yang ada diseluruh dunia bahwa kehilangan orang tua tidak akan menjadikan kita terpuruk dan tidak dapat menggapai impian dan cita-cita .
        Perjalanan hidup seorang Mikial Maulita menginspirasi saya untuk terus berjuang dan berusaha dengan keras untuk memperoleh beasiswa S1 ke Jepang atau Negara yang lainnya. Saya berharap para pembaca surat ini juga dapat tergugah hatinya untuk selalu semangat dan terus berusaha untuk menggapai cita-cita yang telah kita impikan, sepahit apaun kehidupan kita dan sebesar apapun tembok tantangan yang ada dihadapan kita.

Oleh
Tri Fitria


SELAMAT MENIKMATI,,,,,,,







Tidak ada komentar: